Masih ingatkah kita bersyukur??

Masih ingatkah kita bersyukur??

Kalau ditanya lebih banyakkah manakah anda bersyukur dengan meminta saat anda berkomunikasi dengan Tuhan??Kebanyakan jawaban yang saya terima adalah saya lebih banyak meminta d saat saya berdoa. Why???(Jawaban itupun juga masih saya sering pertanyakan pada diri saya sendiri)…hmmm…Kali ini ijinkan saya untuk  berbagi kisah y…:)

Suatu ketika, disaat perjalanan pulang ke rumah dari Sragen ke Gemolong. Saya naik bus ekonomi jurusan Sragen – Gemolong yg bernama Harta Sanjaya. Bus ekonomi tersebut memang sering saya naikin kalo aku pulkam. Karena hanya bus itu yang bsa mengantarkan saya sampai Gemolong.

Saya dipertemukan dengan seorang nenek yang sangat tua sekali. Nenek itu naik bus dengan dibantu oleh kernet bus.. Beliau tampak sangat lusuh sekali, semua badannya berkeriput bahkan gigipun sudah tak ada satupun. Dari ciri tersebut, saya mulai memperkirakan berapa umur dari nenek itu… Kalau tidak 80an y 90an. Maybe??hehehehe. Nenek itu membawa sebuah tongkat yang diambilnya dari gagang sapu berwarna biru dan beberapa baju yang dia bugkus dengan telapak meja. Saat ditanya oleh penumpang lain, katanya nenek itu habis jualan, cuma tidak laku. Entah apa yang dijualnya, sayapun tidak mengerti dengan jelas. Nenek tu pun susah skali mendengar, mungkin karena telinganya sudah terganggu. Harus berkali-kali mengucapkan jika kita ingin menanyakan sesuatu. Bahkan harus teriak di samping telinga beliau.

Sesekali saya mendengar orang-orang pada mengeluhkan nenek tersebut. Bahkan si kernet bus, yang sepertinya biasa ketemu tidak henti-hentinya mengucap. “Kenapa si Nek, masih saja berjualan?? Kan dah sering saya bilang, di rumah saja bareng ma anak cucu… istirahat. Nenek itu dah tua, kalo ada apa-apa di jalan gimana coba?? Anak kemana si nek??”

Nenek itu tampak seperti tidak mendengar apa yang dibicarakan kernet bus tersebut. Beliau hanya menoleh sana sini, tampak seperti kebingungan… Saya raih tangannya dan saya ajak duduk di sebelah saya. Beliau tersenyum, menandakan kalau beliau ingin mengucapkan terima kasih pada saya. Sayapun senang melihatnya, tetapi hati rasanya miris sekali ngelihatnya. Beliau sangat tua, rapuh sekali, disenggolpun pasti gampang sekali tumbang. Yang ada dalam benak saya ketika itu adalah dimana sih anaknya?? Kenapa si nenek ini masih dibiarkan berjualan di pasar? Apa yang sebenarnya terjadi dalam keluarga si nenek ini?

Hati tak sampai buat bertanya, terdengarlah seorang ibu dengan nada keras menanyakan kepada nenek tersebut. Nek, anak nenek kemana?? Nenek tinggal dimana dan sama siapa?? Nenek itu tampak bingung dan berkali-kali menggelengkan kepalanya. Si ibu tampak tidak puas dengan respon si nenek. Kemudian ibu itu pun menanyakan kembali pertanyaannya berulang-ulang dengan nada yang lebih keras, sampai semua penumpangpun mendengar semua. Saya melihat muka si nenek, jujur bener-bener saya tidak tega sekali melihatnya. Nenek itupun menangis dan cuma bilang “aku ki ora ngerti ankakku ning endi. Aku ki dewe ning omah.”(Jawabnya dengan bahasa Jawa)… Sehentak rasanya tidak karuan dalam hati saya. Berkecamuk perasaan-perasaan yang sangat kacau sekali rasanya. Dari perasaan heran, tak percaya, sampai perasaan apa ada yang bisa saya lakukan.

Tiba-tiba si nenek melihat ke arah saya, beliau seperti ingin menyampaikan sesuatu pada saya. Ternyata benar, beliau mengucapakan satu kalimat buat saya dengan bahasa jawa yang artinya “Apapun yang terjadi dhuk, mbah tetep bersyukur” (sambil memegang tangan saya).. Entah apa yang di pikirkan si nenek, sayapun tak sanggup melihat mukanya. Jujur sangat kacau sekali perasaan saya, karena tidak ada yang bisa saya lakukan…payah…:(. Dengan hitungan menit sang kernet bus kembali berteriak ke nenek tersebut. “Nek, dah sampai..turun sini kan nek??” (di sebuah perempatan jalan kecil). Nenek itupun hendak turun, saya coba bawakan tongkatnya dengan si nenek digendong turun oleh kernet bus. Setelah itu saya lihat dari jendela sang nenek dibantu beberapa anak sekolah menyeberang ke subuah kampung tempat beliau tinggal. Alhamdulillah, syukurlah anak-anak sekolah itu masih mau mengantar nenek sampai rumahnya. Lega sekali melihatnya, walau hanya dari jendela bus.

Bus pun mulai melaju kembali. Di otak saya penuh tanda tanya, yang ujung-ujungnya juga saya jawab sendiri. Apa sih yang dimaksudkan nenek tadi??(sambil membayangkan wajahnya). Saya melihat dia tampak selalu tersenyum, seperti tidak ada beban&mampu menerima semua keadaan pada dirinya. Hidup sebatang karapun dengan keadaan yang sudah tua rentan, juga tidak akan menghambat jalan hidupnya. Beliau masih semangat buat penuhin kehidupannya sendiri. Bahkan beliau tampak ikhlas dengan semua yang terjadi pada dirinya. Gilaaa????!!!!OMG..Tetapi kenapa saya yang masih bisa apa-apa sendiri, serba kecukupan masih sering mengeluh???Hufffhhhh…gubrakkkk…tepuk jidat..prokk…(malu juga ternyata).

Belum lagi, kalau membayangkan keadaan nyatanya negara ini. Banyak rakyat yang kekurangan makin tertindas, bukan diperjuangkan tetapi malah hanya sekedar dijadikan eksploitasi. Ironis!!! Tetapi ini nyatanya. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Gimana Negara ini mau maju??? Anehnya, justru si miskin, orang-orang yang tertindas yang justru pandai beryukur. Mereka tampak menikmati kehidupannya yang sulit, yang terkadang malah orang-orang biasa tidak bisa menikmati seperti dengan cara mereka menikmati hidup. Tapi kebalikannya, rakyat yang berada di atas justru berfoya-foya menghamburkan uang negara, hanya untuk kepentingan yang tampak tidak masuk akal buat diterima dengan akal sehat. Haaahhhh… tapi sepertinya si itu masuk akal buat mereka… Justru saat ini, yang ada dipertanyaan saya, pernahkah mereka bersyukur??Atau malah sudah lupa… karena rasa yang tidak pernah puas membuat mereka membabi buta menghalalkan segala cara untuk kepuasan mereka pribadi. Mungkin mereka tidak kerasa dengan dampak yang dirasakan rakyat kecil. Gimana mereka merasa, sepertinya menengokpun saja enggan. (Semoga si, apa yang saya pikirkan salah)… ckckckck..:)

Jiahhhh… malah ngelantur ngelamunnya… dari mikirin omongan si nenek jadi mikirin negara???hohohoho…saya kan bukan politikus. Gubrakkkk… Satu yang ingin saya bilang melalui cerita ini. Terima kasih ya Allah, Kau pertemukan saya dengan banyak orang yang bisa buat saya belajar banyak tentang hidup. Hidup mank selalu diliputi dengan masalah. Bahkan saya percaya orang hidup justru karena masalah… So,sejatinya selama kita bisa bernafas masalah juga pasti akan terus hinggap pada kehidupan kita. Saya Cuma berharap, ajarilah saya untuk terus bersyukur pada-Mu ya Allah…walau saya tau, saya pasti akan terus meminta pertolongan dan jalan-Mu disetiap doa saya.

Sertakan syukurmu di setiap doa hari-harimu teman… Karena rasa syukurmu adalah tanda terima kasihmu atas kebesaran dan kekuasaan-Nya…
Cayooo…Semangat!:)

About Rahmita Ika Sari

Always grateful for God. View all posts by Rahmita Ika Sari

5 responses to “Masih ingatkah kita bersyukur??

Leave a comment